Kamis, 07 Agustus 2008

My Parents, My Inspirations...


Surabaya, 9 Juli 2008 adalah hari spesial buatku. Hari itu, usiaku genap 21 tahun. Usia yang kata orang cukup matang untuk menghadapi “hiruk pikuk” dunia. Yup, siap tidak siap aku harus sangat memikirkan apa yang akan aku lakukan hari ini, besok dan seterusnya untuk hidupku. FADILA SYAMSUL, walaupun namanya agak aneh dan selalu membuat orang bertanya-tanya “Laki-laki atau perempuan?”, tapi aku selalu bersyukur dengan apa yang dianugrahkan orang tuaku padaku. Absolutly, aku adalah wanita, wanita tulen tepatnya (he...he...). Lahir di Surabaya dan tumbuh dewasa di sana. Tapi sempat berkelana selama 5 tahun di Situbodo (kota dimana ayahku dilahirkan) dari kelas 1 SMP sampai kelas 2 SMA. Hal ini membuat aku mempunyai pengalaman beragam dalam hidupku. Ada yang behagia tapi juga ada sedih, ada tertawa dan juga ada air mata. Satu hal paling membuatku terpuruk adalah kehilangan dua orang yang sangat aku sayangi dalam hidupku. Ayahku dan kakak perempuanku. Mereka berdua pergi ke tempat yang sangat jauh, tapi dekat dengan Allah...

Sejak itu yang ku punya hanya ibu dan kakak perempuanku yang kedua. Menjadi single parent tentu tidak mudah karena ibu harus berjuang sendiri untuk anak-anaknya. Tapi syukurlah saat usiaku 10 tahun, ibu menemukan orang yang mau berbagi suka dan duka. Kemudian mereka menikah dan otomatis laki-laki itu menjadi “papaku” hingga sekarang. Sejak itu hidup keluargaku berubah karena ibu atau yang ku panggil “mami” tidak lagi sendiri memikul semua beban keluarga. Walaupun harus ada sedikit adaptasi dengan situasi baru tapi proses itu tidak terlalu sulit karena sejarahnya papa adalah rekan kerja mamiku dan kami dekat sejak aku masih kecil.

Berkat papa aku bisa lanjutkan pendidikanku hingga sekarang, tepatnya di UPN Veteran Surabaya. Dan aku tidak ingin mengecewakannya, maka aku berjuang sekuat tenaga untuk membuatnya bangga. Alhamdulillah, Ipku selalu di atas 3. dan karena aku adalah anak terakhir, maka aku adalah anak kesayangan mamiku, dialah orang terpenting dalam hidupku. Mereka adalah inspirasiku, tanpa mami dan papa, i’m nothing...


Sisi Lembut Daniel Johns...

Album ini adalah karya solo debutan dari frontman band asal Australia Silverchair, Daniel Johns. Dia hanya menggandeng Paul Mac-additional keyboard silverchair-sebagai partner bermusiknya. Di album solo debutannya ini dia lebih mengeksplorasikan gaya bermusiknya untuk menjauhi kesan garangnya. Telinga kita seakan-akan dimanjakan. Aliran musik yang dia usung lebih seperti musik techno, instrumental musik dan orkestra. Lebih tepatnya adalah Experimental / Pop. Bahkan bisa dibilang album ini seperti karya orang autis, karena warna musiknya yang aneh dan tidak seperti kebiasaannya dalam menciptakan lagu. Jauh sekali.

Dalam album ini berisi 12 lagu yang 2 diantaranya adalah repackage dari album silverchair bertajuk diorama, yakni my favourite thing dan world upon your shoulders. Ada juga 2 lagu lagi yang hanya memperdengarkan telinga kita dengan instrumen musik tanpa lirik. Seperti lagu berjudul parts circa 2007 slash 08 dan lifting the veil from the Braille.

Coba dengarkan track lifting the veil from the Braille, telinga kita akan disegarkan dengan siulan-siulan dan alunan suara dalam yang lembut dari bibir Daniel Johns. Rasanya cocok sekali bila kita dengarkan saat pagi hari ketika sedang bersantai menikmati udara pagi. Buat kalian yang ingin mendengar alunan suara lembut dari Daniel Johns, dengarkan lagu-lagu dalam album ini. Dan bila kalian ingin mengerti betapa Daniel Johns menjauhi kebiasaannya dalam menciptakan lagu, kalian harus memiliki album ini.




Nidjiholic ? Gue Banget...


Dari awal munculnya lagu Sudah sampai sekarang Arti Sahabat dan Akhir Cinta Abadi, dari album Breakthrue sampai album Top Up, tetep aja buat aku Nidji is the best. Karena menurutku music yang diusung oleh Giring pada vokal, Rundy pada keyboard, Ariel pada gitar, Rama pada gitar, Andro pada bass dan Andri pada drum, bener-bener easy listening. Music yang mereka sebut dengan “techno” selalu membuat kita nggak bisa nggak bergoyang (bingung kan?), maksudnya ya selalu bergoyang and nge-dance.Contohnya lagu Disco Lazy Time dan Biarlah. Apaligi kalo kita juga ngikutin gaya Giring yang khas banget itu, wah pasti asik banget deh...
Selain kita bisa nge-dance, pada lagu-lagu yang slow kita juga diajak buat merenung. Seperti lagu Akhir Cinta Abadi. Lagu yang ditujukan buat orang-orang yang sudah tiada tersebut otomatis membuat kita terharu saat dengerin lagu itu. Ya... apalalagi lagu itu cocok banget sama aku karena aku juga kehilangan Ayahku. Tapi, lagu itu membuat aku survive. Seperti lirik...
Akankah kau melihatku
Di akhir nanti
Jiwaku yang telah mati
Bukan cintaku...

Menyentuh banget kan? Contoh lagi lagu Arti Sahabat. Lagu itu buat sahabat-sahabat kita, betapa pentingnya mereka dan kita bisa lakukan banyak hal dengan sahabat. Dan banyak lagi lagu Nidji yang oke banget. Nah, itu dia yang membuat aku menjadi Nidjiholic. Karena menurutku, lagu-lagu yang mereka ciptakan deket banget sama kehidupan kita sehari –hari. Bahkan lagu-lagu mereka membuat kita mempunyai inspirasi agar lebih survive dalam menjalani hidup. Pokoknya salut banget deh buat Nidji. Nggak nyesel aku jadi Nidjiholic. Hidup Nidji....!!! ^_^



Pengen Lulus? Duit dulu...




Bagi seorang mahasiswa, lulus adalah impian terbesar mereka yang dinanti-nantikan. Setelah menempuh 7 semester (jika lancar), maka hal terbesar yang harus dikerjakan adalah skripsi. Dan untuk mengerjakan skripsi seorang mahasiswa diharuskan mengikuti bimbingan pada salah satu dosen di jurusannya. Di Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Surabaya misalnya, sedang tersebar banyak isu bahwa bimbingan yang dilakukan mahasiswa pada dosen, tidak akan lancar apabila tidak didukung oleh materi (uang sogokan) yang banyak. Ironis sekali memang, bahkan cenderung seperti memanfaatkan “kesempatan dalam kesempitan”.

Dari isu-isu yang beredar di kalangan mahasiswa, mahasiswa yang mengerjakan skripsi harus mempersipakan diri dan materi sebelum mereka melakukan bimbingan dengan dosen. Salah-salah judul atau analisa data yang mereka ajukan tidak akan disetujui oleh dosen pembimbing. Untuk itu tidak jarang mahasiswa membawakan “oleh-oleh” pada dosen pembimbing saat melakukan bimbingan. Selain oleh-oleh tersebut, menurut mereka, tidak jarang si dosen meminta sendiri imbalan atas bimbingannya pada mahasiswa. Tentunya sesuatu yang lebih besar dari sekedar oleh-oleh.

Hal ini tentu saja meresahkan mahasiswa yang hendak menempuh skripsi dan bimbingan. Bagaimana jika mahasiswa tersebut mempunyai keadaan materi yang terbatas? Untuk membeli oleh-oleh saja susah, apalagi yang plus-plus? Fenomena di kalangan mahasiswa ini tentu tidak dapat di pandang sebelah mata. Tidak ada yang tahu, apakah isu-isu yang beredar benar atau tidak. Tetapi selaku mahasiswa dan dosen kita harus sama-sama mempunyai kesadaran bahwa pendidikan harus lebih diutamakan dari sekedar materi.

Selasa, 05 Agustus 2008

Change The World With Singing and “Jilbab”



Hingga saat ini jarang sekali ada penyanyi yang tidak memamerkan “aurat”, hampir tidak ada bahkan. Keindahan fisik menjadi syarat utama bagi orang-orang yang ingin memasuki dunia musik nasional. Walaupun mempunyai potensi dan kemauan tapi jika hal yang satu itu tidak ada, maka jangan harap kita akan ada di layar kaca dan radio. Untuk itu aku salut banget sama artis-artis yang mau berjuang untuk mempertahankan aurat dab jilbabnya seperti Inneke Koesherawati dan Zazkia Adya Mecca.

Aku adalah remaja muslim yang berjilbab. Hobyku adalah menyanyi. Dari kecil bakat itu sudah ada dan selalu didukung oleh orang tua dan akhirnya menjadi sebuah cita-cita. Tapi sayangnya sejak memutuskan untuk menggunakan jilbab tepatnya kelas 1 SMA, semua impian itu sirna. Tidak ada satupun band yang mau merekrutku menjadi vokalisnya. Alasannya karena aku berjilbab maka membuat aku menjadi tidak fleksibel dan kurang enak di pandang mata. Alasan yang egois menurutku, “Tapi itulah dunia entertainment” kata mereka. Padahal, apa bedanya aku dengan Pinkan-Coklat, Ten 2 Five atau Krisdayanti? Bedanya, aku berjilbab dan mereka tidak, itu saja kan (menghibur diri!!)? Parahnya lagi sekarang sedang marak penyanyi dangdut yang bergoyang eksotis dan berpakaian tidak pantas. Bukankah hal tersebut tidak baik untuk Indonesia?

Nah, maka dari itu (formal banget) aku punya impian bagaimana jika semua penyanyi Indonesia (yang cewek dan muslim maksudnya) memakai jilbab. Pasti lebih enak dilihat, ya kan? Tetap cantik tapi juga mentaati perintah agama. Dan aku ingin jadi pelopornya (walaupun udah ada Dewi Yull), dan menjadi inspirasi untuk semua vokalis cewek atau malah artis-artis cewek lainnya. Memperlihatkan pada dunia bahwa cewek berjilbab tidak hanya pandai mengaji atau hanya bisa menyayikan lagu-lagu Islami tapi juga musik pop, jaz, bahkan rok. Dan yang lebih besar lagi, memberi inspirasi bagi remaja Indonesia agar terus berkreasi tanpa batas...